Ronggowarsito "Ulama Islam
Bernafaskan Jawa"
Ronggowarsito adalah pujangga
terkenal dari kraton Surakarta beliau dilahirkan pada tanggal 18 Maret 1802,
catatan tersebut dapat dilihat salah satunya dalam terbitan kamajaya 1980.
beliau juga dikenal sebagai sang sufi, sang peramal, dan sang pujangga
terkenal. Dengan karyanya seperti suluk dan wirid adalah buah karyanya. Suluk
sebenarnya mempunyai beberapa pengertian. Pertama, Menurut kamus umum Prof. Dr.
J.S Badudu suluk mempunyai arti dalam dua bahasa yaitu suluk dalam bahasa arab
berarti jalan, tarekat, tasawuf, dan dalam bahasa jawa, suluk berarti tembang
yang dilakukan oleh dalang ketika akan memulai sesuatu adegan atau babak dalam
pertunjukan wayang. Tetapi ada juga kamus lain seperti W.J.S Purwadarminta yang
menyatakan suluk adalah ajaran mistik yang diungkapkan dalam bentuk tembang.
Salah satu karya terkenal dari
Ronggowarsito adalah Serat Wirid Hidayat Jati. Fadli mengatakan beberapa karya
Rongowarsito seperti Serat Hidayat Jati adalah karya sastra Islam berpenampilan
Jawa. Karya sastra suluk pada Serat Hidayat Jati dan beberapa serat lain karya
Ronggowarsito sebagai karya sastra Islam yang berwajah Jawa. Sumbernya sendiri,
seperti ditulis Ronggowarsito berasal dari Al Qu'ran, hadist, Ijmak, dan
Qiyas." Dalam tulisannya Abdullah yang berjudul " mencari nilai-nilai
luhur dalam karya sastra Ronggowarsito "serat wirid Hidayat Jati", ia
juga mengatakan bahwa karya tersebut juga bersumber dari agama Islam.
Wirid Hidayat Jati mmengajarakan Ilmu
Ma'rifat untuk kesempurnaan hidup, dan Wirid Hidayat Jati bertitik tolak dari
agama Islam, dan dalam ajaran agama Islam mempunyai empat tingkatan yaitu
Syariat, Tariqat, Haqiqat dan Ma'rifat".
Menurut Islam, seorang penyair muslim
itu adalah seorang yang bertauhid dengan utuh. Ia hanya mempertuhan Allah dan
tidak ikut menuhankan berhala-berhala. Seorang penyair muslim percaya pada Dia
(Allah) sudah ada sebelum kata ada, ada, dan Dia akan tetap ada sesudah kata
ada, tiada. Dengan kata lain orientasi akidah telah bersatu dengan gerak nafas
sehingga menghasilkan keutuhan wajah dan kepribadian yang disebut penyair
muslim. " tujuan muthakir ibadat adalah kembali kepada Tuhan atau
manunggal dan menjadi "Waskita ing sampurnaning sangkan
paran "tahu akan awal ahkir hidup".
Dalam serat Hidayat Jati dikatakan
bahwa dasar ilmu Ma"rifat yang menerangkan bahwa Tuhan bersifat kadim
(abadi). Antara Dzat, sifat, nama dan perbuatan dapat dibedakan berdasarkan
pengertian tetapi keempatnya adalah satu kesatuan yang tak mungkin dipisahkan.
dalam tulisannya Abdullah juga mengutip untuk menggunakan Ma'rifat untuk menuju
jalan-Nya. Jalan menuju Tuhan ini diperinci dengan penerapan sarana ilmu
Ma'rifat, sarana menegakan zat Ilahi,cara menempuh ajal sejati (kasidan
Jati),melalui laku susila dan Semedi (Manekung)" Simuh (1988) dalam
menerjemahkan sedikit mengutip bait dalam serat hidayat Jati yang mengenai
konsep manunggaling kawula gusti yang menjadi sorotan seniman Mataram
pada kala itu. " Aku Dzat Tuhan yang bersifat esa, meliputi hambaKu,
manunggallah menjadi satu keadaan, sempurna lantaran kodratku".
Persentuhan budaya denga
perkemabangan Islam di jawa yang melahirkan gerak reformasi ini secara langsung
ataupun tidak sudah dapat mengubah pemikiran Jawa terutama kepada hal-hal yang
bersifat mitologis, magis dan mistis. Dan hal ini lah yang mempnyai dampak
terhadap Ronggowarsito yang berada di persimpangan jalan, tidak adalagi karya
sastra Jawa seperti dalam suluk dan wirid Ronggowarsito yang mengupas tentang
pengalaman kesatuan dengan Tuhan, manunggaling Gusti.
Semua penghayatan, baik dalam alam
batin maupun dalam alam gaib, yang ahkirnya berpuncak kepada penghayatan
manunggal, sering tidak dapat dinyatakan dengan kata-kata yang diambil dari
peristilahan kehidupan pancaindrawi sehari-hari. Maka banyak para penghayatan
manunggal atau para ahli mistik menggunakan bahasa kias. Karena para ahli
mistik itu juga dapat berusaha menuturkan penghayatan mereka secara rassional,
maka mistisisme dapat digolongkan baik dalam agama sebagai puncak kehidupan
religius, maupun dalam filsafat sebagai filsafat mistika. Menurut yang ditulis
Fadli mengatakan bhawa manusia dengan Tuhan itu mempunyai hubungan yang erat,
yang seperti tidak dipisahkan. "Manusia berasal dari Tuhan namun Manusia
bukan Tuhan. Manusia dan Tuhan adalah dua hal yang berbeda tapi tak
terpisahkan. Hubungan manusia dan Tuhan itu diibaratkan kain dan Baju, ombak
dan lautan, angin dan debu."
Simuh juga menerjemahkan karya
Ronggowarsito dalam suluk Saloka Jiwa, yang menyatakan bahwa manusia setelah
mati akan kemabali ke awa mula dia dibentuk. " adapun manusia berasal dari
cahaya gaib. Apabila meninggal atau jaman kiamat, manusia akan kembali pada
Dzat yang gaib. Yakni pulang ke tempat asalnya, manunggaling kawula gusti".
Dalam perbedaannya, Abdullah
mengatakan untuk pernyataan kias seperti itu dan dibantu oleh ilmu Fisika,
menyatakan akan adanya fenomena paradoks yang mempunyai dua sifat. "Adanya
Paradoks, yang menyatakan bahwa suatu fenomena dapat mempunyai dua sifat,
jelasnya cahaya dapat bersifat partikel (benda) maupun gelombang. "
Sepeninggalan dari Ronggowarsito ialah ia dijadikan sebagai pujangga penutup
seperti sama halnya nabi Muhammad Saw yang dijadikan rasul penutup, dalam hal
ini berarti sudah tidak ada lagi karya-karya diturunkan, sama seperti Nabi Muhammad
Saw tidak ada lagi rasul yang muncul.
Kematian Ronggowarsito masih menjadi
kontrofersi, ada yang percaya bahwa kematiaanya itu sudah diramal akan
kematiaannya, tetapi bila dilihat dari keadaan yang ada kemungkinan
Ronggowarsito dibunuh karena adanya perubahaan kekuasaan, dan ada juga yang
mengatakan bahwa Ronggowasito dibunuh oleh Pakubuwono IX yang dibantu Belanda
karena Pakubuwono IX takut akan Ronggowarsito bisa menghasut rakyat untuk
menggulingkan pemerintahannya, itu menurut Suripan Sadi Hutomo dalam surat
kabar Sinar Harapan, 15 Desember 1979. namun hal itu disanggah oleh kalangan
Mangkunegaran yang menyatakan bahwa Ronggowarsito memang waskitha dan tau akan
hari kematiaanya, dan kematiannya itu " emating pati patitis".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar