Kamis, 12 Januari 2017

Empat Program Filsafat Untuk Anak

Ada empat catatan kritis yang bisa diberikan untuk program filsafat untuk anak. Yang pertama adalah bahaya dari birokratisasi filsafat. Filsafat, pada hakekatnya, adalah pemikiran bebas. Ia mengandalkan spontanitas dan keberanian untuk mengubah pandangan-pandangan lama yang kita pegang. Ketika filsafat dijadikan bagian dari sistem dan masuk ke dalam birokrasi, ada bahaya, bahwa filsafat akan kehilangan ciri spontan, kebebasan dan keberaniannya. Filsafat justru akan menjadi pelayan sistem dan pembenaran bagi kekuasaan yang ada. Sejarah sudah membuktikan, bahwa bahaya semacam ini amat mungkin terjadi. Ketika filsafat masuk ke dalam sistem pendidikan, ia hanya akan berubah menjadi mata pelajaran belaka yang harus dihafal dan diuji, serta kehilangan daya kritisnya. Sistem dan birokrasi bisa melenyapkan roh kritis dan semangat perubahan yang sudah selalu tertanam di dalam filsafat itu sendiri.
Yang kedua adalah pengandaian yang terlalu tinggi tentang seorang guru dari program filsafat untuk anak. Seperti dijelaskan sebelumnya, program ini membutuhkan pengajar yang khusus. Ia tidak hanya memberikan pengetahuan kepada anak, tetapi juga bisa membantu anak untuk berpikir dan menemukan jawabannya sendiri. Berapa banyak guru yang bisa melakukan ini? Inti dari filsafat untuk anak adalah menjalankan metode Sokrates di dalam dialog filosofis dengan anak. Adakah guru yang bisa menjalankan metode Sokrates tersebut secara tepat? Jika program filsafat untuk anak dijalankan, namun mentalitas gurunya masih tradisional, yakni hanya memberikan pengetahuan dan bersikap otoriter, maka seluruh program ini akan menjadi tidak berguna. Ia hanya akan menjadi mata pelajaran biasa yang membebani anak dengan hal-hal yang tak berguna, namun harus dihafal, sekedar untuk lulus ujian.
Yang ketiga adalah pertimbangan mengenai jumlah mata pelajaran yang diberikan kepada anak pada tingkat sekolah dasar. Seperti kita semua tahu, jumlah mata pelajaran yang diberikan pada tingkat ini sudah sangat banyak. Begitu banyak hal harus dipelajari, lalu diuji, guna mendapatkan nilai akademik. Apakah bijaksana, jika filsafat diberikan sebagai mata pelajaran mandiri untuk anak, terutama mengingat begitu banyaknya hal yang sudah harus dipelajari? Bukankah ini akan membuat anak kelelahan, dan akhirnya tidak lagi mampu untuk menikmati proses belajar? Bukankah ini akan mempengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya? Dan bukankah materi yang terlalu banyak justru membuat orang tidak belajar apapun? Oleh karena itu, penerapan program filsafat untuk anak harus memperhatikan setidaknya dua prinsip, yakni sederhana dan menyenangkan. Jika program filsafat untuk anak ini sederhana dan menyenangkan, maka ia akan bisa mewujudkan tujuannya menjadi kenyataan. Ia tidak akan menjadi beban untuk anak ataupun para guru yang menjalankannya.
Yang keempat adalah persoalan kultur. Dalam arti ini, kultur dipahami sebagai cara hidup yang bersifat unik pada satu ruang dan waktu tertentu. Filsafat mengandaikan kebebasan, sikap kritis dan kreativitas di dalam berpikir, mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban. Dasar dari semua sikap ini adalah keberanian untuk menantang pandangan-pandangan lama yang mungkin telah ratusan tahun mengakar di dalam suatu masyarakat. Pertanyaannya di titik ini adalah, apakah kultur Indonesia cocok dengan pola berpikir filsafat? Jawaban ya dan tidak dalam konteks ini tampak menyederhanakan masalah. Di satu sisi, kultur harmoni yang kental berkembang di Asia juga memiliki pengaruh besar di Indonesia. Kultur semacam ini akan sulit untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran filosofis yang kritis. Di sisi lain, filsafat juga bukanlah barang asing bagi orang Indonesia. Kultur berdiskusi untuk menemukan jawaban atas suatu masalah sudah selalu merupakan bagian dari cara hidup orang Indonesia. Pola semacam ini adalah tempat yang subur untuk pemikiran-pemikiran filosofis yang kritis. Tegangan antara kultur setempat dengan pola berpikir filosofis yang berkembang di Eropa dan Amerika ini perlu untuk terus ditanggapi secara kritis.

1 komentar:

  1. buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'

    BalasHapus