Eksistensialisme
berdasarkan etimologi berasal dari kata “eks” yang berarti diluar dan
“sistensi” yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi
dapat diartikan sebagai berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari
dirinya. Eksistensialisme menurut pengertian terminologinya adalah suatu aliran
dalam ilmu filsafat yang menekankan segala sesuatu terhadap manusia dan segala
sesuatu yang mengiringinya, dan dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk
yang harus bereksistensi atau aktif dengan sesuatu yang ada disekelilingnya,
serta mengkaji cara kerja manusia ketika berada di alam dunia ini dengan
kesadaran. Eksistensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang lahir karena
latar belakang ketidakpuasan beberapa filusuf yang memandang bahwa filsafat
pada masa Yunani, ketika itu seperti protes terhadap rasionalisme Yunani,
khususnya pandangan tentang spekulatif tentang manusia. Intinya penolakan untuk
mengikuti suatu aliran, penolakan terhadap kemampuan suatu kumpulan keyakinan,
khususnya kemampuan sistem, rasa tidak puas terhadap filsafat tradisional yang
bersifat dangkal dan primitif yang sangat dari akademik.
Eksistensialisme
adalah suatu paham filsafat yang memandang manusia sebagai objek kehidupan yang
memiliki taraf yang tinggi, dan keberadaannya ditentukan dengan dirinya
sendiri, sehingga manusia menjadi satu-satunya makhluk hidup yang dapat eksis
dimanapun. Eksistensialisme merupakan filsafat yang secara khusus
mendeskripsikan eksistensi dan pengalaman manusia dengan metedologi
fenomenologi, atau cara manusia berada. Tokoh-tokoh aliran filsafat
eksistensialisme adalah: Gabriel Marcel (1889 – 1978); Jean-Paul Sartre
(1905-1980); Kiekegaard.
Pendidikan
dalam pandangan eksistensialisme bertujuan untuk mendorong setiap
individu agar mampu mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri dan
memberi bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk
kehidupan. Setiap individu memiliki kebutuhan dan perhatian yang spesifik
berkaitan dengan pemenuhan dirinya, sehingga dalam menentukan kurikulum tidak
ada kurikulum yang pasti dan ditentukan berlaku secara umum. Peran guru dalam
pandangan eksistensialisme adalah melindungi dan memelihara kebebasan akademik,
dimana mungkin guru pada hari ini, besok lusa menjadi murid; para guru harus
memberikan kebebasan kepada siswa memilih dan memberi mereka
pengalaman-pengalaman yang akan membantu mereka menemukan makna dari kehidupan
mereka; Guru hendaknya memberi semangat kepada siswa untuk memikirkan dirinya
dalam suatu dialog; Guru menanyakan tentang ide-ide yang dimiliki siswa, dan
mengajukan ide-ide lain, kemudian guru membimbing siswa untuk mengarahkan siswa
dengan seksama sehingga siswa mampu berpikir relatif dengan melalui
pertanyaan-pertanyaan. Dalam kelas guru berperan sebagai
fasilitator untuk membiarkan siswa berkembang menjadi dirinya dengan membiarkan
berbagai bentuk pajanan (exposure) dan jalan untuk dilalui.
Aliran
eksistensialisme memandang siswa sebagai makhluk rasional dengan pilihan bebas
dan tanggung jawab atas pilihannya dan siswa dipandang sebagai makhluk yang
utuh yaitu yang akal pikiran, rohani, dan jasmani yang semua itu merupakan
kebulatan dan semua itu perlu dikembangkan melalui pendidikan. Dengan
melaksanakan kebebasan pribadi, para siswa akan belajar dasar-dasar tanggung
jawab pribadi dan sosial.
Aliran
eksistensialisme menilai kurikulum berdasarkan pada apakah hal itu
berkontribusi pada pencarian individu akan makna dan muncul dalam suatu
tingkatan kepekaan personal yang disebut Greene “kebangkitan yang luas”. Menurut
pandangan eksistensialisme, tidak ada satu mata pelajaran tertentu yang lebih
penting daripada yang lainnya. Kurikulum yang diutamakan adalah kurikulum
liberal. Kurikulum liberal merupakan landasan bagi kebebasan manusia. Kebebasan
memiliki aturan-aturan.
Dalam
aliran eksistensialisme metode apapun yang dipakai harus merujuk pada cara
untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang baik. Diskusi merupakan metode
utama dalam pandangan eksistensialisme. Siswa memiliki hak untuk menolak
interpretasi guru tentang mata pelajaran. Untuk evaluasi kaum aliran eksistensialisme
berpandangan bahwa eksistensi di atas dunia selalu terkait pada
keputusan-keputusan individu, artinya, andaikan individu tidak mengambil suatu
keputusan maka pastilah tidak ada yang terjadi. Individu sangat menentukan
terhadap sesuatu yang baik, terutama sekali bagi kepentingan dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar