Mungkin judul
diatas terdengar sangat pesimis, sangat bertentangan dengan konsep pemikiran
para motivator-motivator terkenal yang sering kita dengar. Apa maksud saya
mengenai hal tersebut? Sebelumnya saya ingin menceritakan kisah berikut ini.
Saya punya
seorang sahabat baik bernama Budi (samaran) yang merasa hidupnya selalu ditekan
oleh saudara-saudaranya. Semua saudara bahkan orang tuanya selalu mengatur
kehidupan Budi, baik secara sosial maupun secara finansial. Meskipun saya paham
bahwa hal tersebut dilakukan untuk kebaikan Budi sendiri. Tapi Budi menafsirkan
hal yang berbeda, dia merasa bahwa saudara dan orang tuanya meremehkan dia,
menganggap dia tidak akan bisa menjadi kaya dan sukses.
Berbekal hasrat
ingin menjadi pelatih basket di sekolah-sekolah internasional, dia rela
menghabiskan sisa tabungannya (yang tidak seberapa) untuk mengambil kelas-kelas
instruktur basket profesional yang biayanya cukup besar. Hal itu menurut saya
bukan masalah besar. Tapi yang menjadi masalah adalah kedua orang tua Budi
sudah pensiun, yang artinya pemasukan “nol”. Biaya rumah tangga kedua orang tua
Budi ditanggung oleh saudaranya yang merupakan karyawan swasta, meskipun
terbilang bergaji lumayan tapi tetap saja berat karena saudaranya pun sudah
menikah dan punya anak, berarti ada dua keluarga yang harus dibiayai
saudaranya.
Alhasil
tabungan Budi habis, sambil menjalani pelatihan, Budi terpaksa bekerja sambilan
di restoran untuk mendapatkan gaji bulanan sebelum dia berhasil mendapatkan
income dari kelas basket ini. Karena sebelum sekolah internasional menjadikan
dia karyawan tetap (digaji), Budi harus menjadi asisten pelatih senior tanpa
digaji selama beberapa bulan. Biaya bulanan untuk kedua job ini tidaklah
sedikit, ada biaya transport, biaya makan, dan biaya entertain (hang out
bersama teman) yang setiap hari harus dia keluarkan sebelum mendapatkan gaji
pada akhir bulan. Akhirnya untuk menutupi pengeluaran ini, Budi terpaksa
mengambil uang sayur kedua orang tuanya yang diberikan oleh saudaranya. Cukup
tragis bukan?
Tapi Budi
berkata “Apa boleh buat? Saya terpaksa melakukan ini karena uda terlanjur
nyemplung (ambil kursus basket). Nanti kalian lihat pasti saya akan sukses
suatu hari nanti”.
Mungkin
berbekal inspirasi dari buku-buku motivator, Budi belajar bahwa dengan situasi
“kepepet” akan memaksa orang bekerja keras dan membuahkan hasil yang baik. Tapi
yang terjadi adalah Budi akan berputar dalam lingkaran setan. Dia sudah
terjerumus dengan sistem “gali lobang tutup lobang”. Sebelum gajian, dia
berhutang kesana sini untuk menutupi biaya operasional harian. Setelah gajian
dia harus melunasi hutangnya yang sebesar 70% dari gajinya. Sisa 30% tidak
cukup untuk menutup biaya operasional, maka akhirnya dia kembali berhutang dan
demikian seterusnya.
Dari cerita
diatas, saya menyimpulkan (pandangan saya) bahwa niat yang kuat dan kerja keras
tidak cukup untuk mencapai kesuksesan, itu seperti banteng menyeruduk tanpa
arah. Diperlukan perhitungan yang cermat dan kemampuan melihat peluang agar bisa
mencapai kesuksesan. Pernahkan Anda melihat ilustrasi kartun seseorang yang
sedang menggali di bawah tanah sampai jauh ke dalam, tiba-tiba dia menyerah dan
berbalik arah untuk pulang, padahal puluhan kilo emas sudah tepat 1 meter di
depannya. Gambar itu sangat memotivasi kita untuk tidak pernah menyerah, tapi
kenyataannya tidak sesederhana itu.
Saya ibaratkan
Anda sedang mengendarai mobil ditengah hutan pada pagi hari untuk pergi ke desa
tetangga. Anda tersesat tapi Anda terus berusaha mencari, karena Anda yakin
bensin Anda cukup. Akhirnya malam tiba dan Anda masih belum menemukan desa
tersebut dan memutuskan untuk kembali lagi besok pagi. Padahal desa itu sudah
tepat 200 meter ada diseberang pada titik Anda memutuskan untuk pulang. Menurut
saya itu pemikiran yang sangat bijak, orang mau berkata “cari aman” ya terserah
saja. Tapi saya katakan “lebih baik menunda sementara daripada mati sekarang“.
Kenapa demikian? Karena meskipun desa itu hanya 200 meter disebrang saya. Tapi
saya tidak pernah tau posisi jurang ada dimana karena situasi sedang gelap.
Kenapa kita tidak bersabar 7 jam menunggu matahari terbit dan melanjutkan
perjalanan.
Itulah kenapa
saya katakan lebih baik menyerah (menunda) sementara daripada mati sekarang.
Banyak inspirasi dari motivator yang mungkin tidak pernah mengatakan seperti
itu. Tapi saya berpikir bahwa tidak semua ajaran motivasi harus kita telan
bulat-bulat. Kita cukup mengambil sarinya saja, kemudian kita implementasikan
pada diri kita sesuai kemampuan kita. Tidak semua pakaian cocok untuk orang
lain, ada yang kekecilan dan yang lain malah kebesaran. Pada sebuah perlombaan
lari, hanya ada satu orang pemenang dan sisanya hanya penggembira saja. Mau menjadi apakah Anda? Sebagai pemenang
atau sekedar penggembira saja?
Menjadi
pemenang tidaklah mudah, bukan hanya niat dan usaha keras, diperlukan juga
strategi dan kemampuan melihat peluang. Anda gagal tidak masalah, kegagalan
bisa menjadi pelajaran untuk kemudian hari. Tapi jangan menjadikan kegagalan
Anda seperti ombak yang menyeret orang lain. Seperti cerita teman saya diatas,
kesalahan dia memprediksi finansial membuat dia terpaksa menggunakan uang sayur
orang tuanya. Dan sebenarnya tidak perlu terjadi seperti itu jika Budi bisa
menunda sementara kursus basketnya. Dia bisa bekerja sebagai karyawan swasta
selama beberapa bulan, sampai terkumpul cukup uang untuk survive sebelum
menjadi pelatih basket yang digaji. Dan jika sudah terlanjur nyemplung, Budi
bisa berputar arah dan mengulang esok hari.
Tidak pernah
ada kata terlambat untuk mengulang, kesuksesan pasti diraih jika kita melakukan
serangan dengan perhitungan yang cermat. Seperti seorang pemburu yang akan
memanah targetnya. Dia menarik mundur tali busurnya, menyesuaikan ketegangan
tali dengan jarak dan kondisi angin, mata membidik lokasi target, setelah
semuanya tepat baru dilepaskan anak panah ke target. Persiapan yang matang lebih memudahkan kita
mencapai target daripada asal tabrak sekuat tenaga.
Sekali lagi
saya ingatkan, tidak semua motivasi cocok untuk semua orang. Hidup ini tidak
sesederhana itu karena kehidupan terus berubah. Strategi motivator tahun lalu
mungkin tidak cocok untuk trend saat ini. Teknik pemasaran yang bagus saat ini
mungkin tidak cocok untuk tahun depan. Beberapa orang dilahirkan dengan
kemampuan bicara yang baik, dan beberapa dilahirkan dengan kemampuan fisik yang
kuat. Beberapa orang cocok bekerja sebagai instruktur dan beberapa yang lain
cocok sebagai analist. Beberapa orang bisa sukses pada usia muda tapi beberapa
baru bisa sukses pada usia 50 puluhan.
“Setiap orang
dilahirkan untuk menjadi sukses. Saya punya 2 tangan dan 2 kaki yang sama
dengan Anda, kalau saya bisa, kenapa Anda tidak?”. Ya tepat sekali demikian
kata-kata yang sering dilontarkan olah para motivator terkenal. Tapi cara
mencapai kesuksesan pada setiap orang itu berbeda-beda, mengapa demikian?
Karena setiap orang memiliki ketahanan fisik yang berbeda, mental yang berbeda,
bakat yang berbeda, dan masih banyak faktor lainnya. Anda boleh meminta
pendapat orang lain mengenai cara mencapai kesuksesan, tapi hanya Anda sendiri
yang tau apa yang terbaik untuk Anda, karena tidak ada orang lain yang
lebih mengenal diri Anda selain Anda sendiri. Menganalisa kemampuan diri
sendiri bukan hal yang mudah, perlu perenungan yang lama dan fokus untuk
mendapatkan analisa yang akurat. Manfaatkan kelebihan dan atasi kekurangan Anda
untuk mencapai kesuksesan.
Tulisan ini
bukan menjadi alasan bagi Anda untuk membenarkan suatu penundaan. Maksud saya
adalah Anda menunda untuk melakukan persiapan yang lebih matang sebelum bertempur.
Tentu persiapan yang matang itu tidak mudah, diperlukan kerja keras dan usaha
untuk mencapainya. Kebanyakan dari kita hanya berpikir untuk mencapai target,
tapi pernahkah kita berpikir untuk mencapai persiapan yang matang dulu sebelum
mencapai target. Setelah persiapan itu sudah matang, kita tinggal menunggu
kesempatan yang tepat untuk terjun. Untuk beberapa kasus, kesempatan bisa
diciptakan tanpa perlu ditunggu (seperti menciptakan trend baru), tapi tidak
semuanya demikian.
Berpikirlah
cerdas, jangan sekedar mengandalkan emosi dan hasrat dalam memutuskan sesuatu.