Berawal dari ketidakpastian
semua yang kita anggap benar tidak selalu tepat dalam faktanya. Kita dengan
mudah mengambil penilaian dalam setiap fenomena yang kita jumpai, namun
kebenaran akan fenomena yang kita nilai tidak selalu tepat. Lantas apa yang
harus kita lakukan untuk mendapatkan suatu keputusan yang tepat, jelas, dan terukur? Atau memang
keputusan kita atau penilaian kita terhadap semua yang kita jumpai hanya
sebatas opini yang cukup sebagai standard penilaian?
Kadangkala kita dapat dengan
mudah mengira-ngira suatu jarak, berat atau kecepatan. Ketika anda ditanya
berapa jarak dari rumah anda ke kantor? berapa berat badan anda? atau berapa
menit waktu yang anda perlukan untuk samapai di kampus? Mungkin anda akan
dengan mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin sepele seperti itu.
Namun jika kita mencoba berfikir lebih jauh, atas dasar apa kita menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut? Dari mana angka-angka atau nilai yang kita
berikan? Jika jawaban yang kita berikan memang berdasarkan pengukuran suatu alat yang
tepat dan teruji, maka jawaban yang kita berikan memang suatu jawaban yang
valid atau tepat, jelas, dan terukur. Misalnya kita akan dengan mudah
menjawab berat badan kita sebesar 57 kg berdasarkan alat pengukur berat
badan. Angka 57 adalah nilai yang terukur dan dapat dipertanggung jawabkan karena 57 bukan berdasarkan
sebatas penilaian atau subjektifitas kita, tapi angka yang kita dapatkan dari
sebuah proses pengukuran yang menggunakan alat ukur dengan standard baku dan
diakui secara umum, sehingga datanya pun menjadi data (angka) yang tepat, jelas, dan terukur.
Akan semakin menyusahkan jika
semua penilaian kita adalah hasil dari proses pengukuran yang reliable dan
valid. Memang mungkin jika suatu penilaian menggunakan pengukuran yang reliabel
dan valid, semua data yang diperoleh bisa dipertanggung jawabkan. Apa ada
penilaian yang tidak bisa dipertanggung jawabkan? Banyak sekali penilaian-penilaian kita yang tak bisa
dipertanggung jawabkan. Misalnya kita menilai pria paling tampan di
kampus. Dari mana
penilaian anda bahwa pria tersebut adalah pria tertampan di
kampus? Atas dasar apa
penilaian yang anda berikan? memang sudah anda ukur menggunakan alat ukur yang
reliable dan valid? Sebelum jauh untuk memikirkan jawaban-jawaban atas
pertanyaan pertanyaan yang mungkin tidak terlintas dalam pikiran anda
sebelumnya, ada pertanyaan yang paling mendasar. Pertanyaannya bahwa apakah ada
alat ukur untuk mengukur ketampanan seseorang? Mungkin sudah ada, tapi alat ukur itu tidak bisa dijadikan penilaian yang bisa
diterima oleh semua orang. Karena ketampanan/kecantikan adalah
subjektifitas dan tidak ada standard baku sebagai acuannya yang diakui secara umum. Begitu pun halnya dengan penilaian yang menyangkut sesuatu yang
tak terwujud seperti aspek-aspek psikologis.
Jadi intinya tidak harus semua
yang kita nilai adalah sesuatu yang jelas, tepat, dan terukur. Karena ada
beberapa hal yang biasa kita nilai ternyata belum ditemukan alat ukurnya.
Memang akan lebih bijak jika apa yang kita nilai atau jawaban atas penilaian
kita adalah sesuatu yang jelas, tepat, dan terukur agar bisa
dipertanggung jawabkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar