Kamis, 22 Januari 2015

Apa Semua Harus Tepat, Jelas, dan Terukur ?


Berawal dari ketidakpastian semua yang kita anggap benar tidak selalu tepat dalam faktanya. Kita dengan mudah mengambil penilaian dalam setiap fenomena yang kita jumpai, namun kebenaran akan fenomena yang kita nilai tidak selalu tepat. Lantas apa yang harus kita lakukan untuk mendapatkan suatu keputusan yang tepat, jelas, dan terukur? Atau memang keputusan kita atau penilaian kita terhadap semua yang kita jumpai hanya sebatas opini yang cukup sebagai standard penilaian?
Kadangkala kita dapat dengan mudah mengira-ngira suatu jarak, berat atau kecepatan. Ketika anda ditanya berapa jarak dari rumah anda ke kantor? berapa berat badan anda? atau berapa menit waktu yang anda perlukan untuk samapai di kampus? Mungkin anda akan dengan mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin sepele seperti itu. Namun jika kita mencoba berfikir lebih jauh,  atas dasar apa kita menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut? Dari mana angka-angka atau nilai yang kita berikan? Jika jawaban yang kita berikan memang berdasarkan pengukuran suatu alat yang tepat dan teruji, maka jawaban yang kita berikan memang suatu jawaban yang valid atau tepat, jelas, dan terukur. Misalnya kita akan dengan mudah menjawab berat badan kita sebesar 57 kg  berdasarkan alat pengukur berat badan. Angka 57 adalah nilai yang terukur dan dapat dipertanggung jawabkan karena 57 bukan berdasarkan sebatas penilaian atau subjektifitas kita, tapi angka yang kita dapatkan dari sebuah proses pengukuran yang menggunakan alat ukur dengan standard baku dan diakui secara umum, sehingga datanya pun menjadi data (angka) yang tepat, jelas, dan terukur.
Akan semakin menyusahkan jika semua penilaian kita adalah hasil dari proses pengukuran yang reliable dan valid. Memang mungkin jika suatu penilaian menggunakan pengukuran yang reliabel dan valid, semua data yang diperoleh bisa dipertanggung jawabkan. Apa ada penilaian yang tidak bisa dipertanggung jawabkan? Banyak sekali penilaian-penilaian kita yang tak bisa dipertanggung jawabkan. Misalnya kita menilai pria paling tampan di kampus. Dari mana penilaian anda bahwa pria tersebut adalah pria tertampan di kampus? Atas dasar apa penilaian yang anda berikan? memang sudah anda ukur menggunakan alat ukur yang reliable dan valid? Sebelum jauh untuk memikirkan jawaban-jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang mungkin tidak terlintas dalam pikiran anda sebelumnya, ada pertanyaan yang paling mendasar. Pertanyaannya bahwa apakah ada alat ukur untuk mengukur ketampanan seseorang? Mungkin sudah ada, tapi alat ukur itu tidak bisa dijadikan penilaian yang bisa diterima oleh semua orang. Karena ketampanan/kecantikan adalah subjektifitas dan tidak ada standard baku sebagai acuannya yang diakui secara umum. Begitu pun halnya dengan penilaian yang menyangkut sesuatu yang tak terwujud seperti aspek-aspek psikologis.
Jadi intinya tidak harus semua yang kita nilai adalah sesuatu yang jelas, tepat, dan terukur. Karena ada beberapa hal yang biasa kita nilai ternyata belum ditemukan alat ukurnya. Memang akan lebih bijak jika apa yang kita nilai atau jawaban atas penilaian kita adalah sesuatu yang jelas, tepat, dan terukur agar bisa dipertanggung jawabkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar