Senin, 26 Januari 2015

Berguru pada Pohon Pisang


Pernahkan anda memotong pohon pisang yang sedang tumbuh? Lihatlah beberapa hari kemudian, dari sisa batang yang tidak terpotong akan tumbuh batang baru. Kalau batang baru ini dipotong lagi, akan tumbuh batang baru lagi. Dengan gigih ia akan berusaha terus untuk tumbuh, sampai akhirnya menghasilkan buah. Setelah buah berhasil dia persembahkan, dengan ikhlas dia akan mati, baik ditebang maupun tidak.
Itulah karakter pohon pisang. Ia hanya punya satu cita-cita, yaitu menghasilkan buah yang dia dipersembahkan untuk siapapun yang ingin memanfaatkannya, mulai dari burung, tupai, monyet, bahkan juga manusia. Ia dikenal sangat gigih dalam mengejar cita-citanya, dan dengan ikhlas ia rela untuk mati setelah cita-citanya tercapai.
Selain gigih untuk tumbuh, pohon pisang juga banyak akan manfaat. Coba kita amati perjalanan hidup pohon pisang. Ketika pohon pisang baru lahir dari dalam tanah, daun kecilnya sangat disukai ayam, bebek, angsa dan sejenisnya. Daun-daun segarnya sering dipatok habis oleh mereka. Walaupun daun kecilnya habis, pohon pisang kecil tetap berusaha tumbuh menjadi besar. Setelah agak besar sedikit, pohon pisang terbebas dari jangkauan ayam, namun kini giliran kambing yang mengganggunya. Ketika beranjak remaja dan berbebas dari gangguan kambing, sapi dan kerbau pun tak mau ketinggalan mengganggunya. Ketika tumbuh terus dan terbebas dari gangguan sapi dan kerbau, giliran manusia memanfaatkannya. Daun pisang terkenal multi guna, terutama untuk bungkus berbagai makanan. Anda kenal lemper, nagasari, pepes atau tempe? Makanan ini akan menjadi pilihan konsumen bila dibungkus dengan daun pisang. Ternyata, pelepah daun pisang pun sangat disukai anak-anak, untuk berbagai bentuk mainan, seperti kapal-kapalan, mobil-mobilan, dan mainan tembakan. Mainan yang mengundang kreativitas, gratis lagi.
Ketika pohon pisang mulai berbuah, sisa bunganya, yang dikenal dengan jantung pisang, banyak diminati ibu-ibu untuk disayur. Sementara itu, buahnya menjadi pilihan favorit keluarga, baik untuk buah segar maupun diolah lebih lanjut menjadi beraneka ragam panganan. Berbagai jenis makanan berbasis pisang sangat populer di masyarakat, mulai dari pisang goreng, kolak pisang, nagasari, keripik pisang, hingga es pisang hijau. Selain itu, pisang juga bisa dibuat tepung, yang dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai makanan maupun bahan baku industri.
Ternyata, kulit pisang mengandung protein yang cukup tinggi. Sekarang, kulit pisang banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak, baik diberikan secara langsung, maupun diolah dulu menjadi tepung kulit pisang. Bagi peternak kambing yang tinggal di perkotaan, limbah kulit pisang ini termasuk pakan alternatif yang banyak dicari. Tepung kulit pisang bisa digunakan sebagai bahan baku pada pembuatan pakan ikan, unggas, maupun ternak ruminansia. Bahkan, kulit pisang yang sudah membusuk pun masih bisa dimanfaatkan untuk membuat pupuk organik, baik dalam bentuk padat maupun cair.
Ketika tugas pohon pisang untuk menghasilkan buah sudah usai, manusia masih memanfaatkan batangnya untuk berbagai produk, mulai dari tali, tas, sepatu, serta berbagai barang kerajinan lainnya. Bonggolnya masih dapat dimanfaatkan untuk kerupuk, bahan sayuran, atau makanan kecil lainnya. Bahkan ketika sudah membusuk sekalipun, batang pisang masih memberi tempat bagi nyaman berbagai bakteri pengurai untuk beranak pinak. Bakteri ini sangat bermanfaat untuk pembuatan probiotik, yang saat ini banyak dimanfaatkan di dunia pertanian, peternakan, maupun perikanan.
Begitulah pohon pisang, sepanjang hidupnya, bahkan hingga mati pun, selalu memberi manfaat bagi yang membutuhkannya. Ia fokus dalam mengejar cita-cita, ia pantang dalam menghadapi berbagai rintangan. Setelah tujuan tercapai, barulah ia rela untuk mati, tanpa mengharapkan balasan apapun dari pihak-pihak yang memperoleh manfaat.
Sebagai makhluk yang diciptakan sebagai khalifah di muka bumi ini, selayaknya kita berkaca pada pohon pisang. Seberapa fokus kita dalam mengejar cita-cita? Seberapa gigihkah kita menghadapi rintangan dan godaan? Seberapa ikhlas kita dalam berbagi dengan sesama? Sudahkah kita bisa memberi manfaat bagi yang memerlukan tanpa mengharapkan suatu imbalan? Akankah manfaat itu terus berlanjut setelah kematian kita? Jangan-jangan, kita belum sempat berfikir, seperti apa yang diajarkan oleh pohon pisang ini… J


Tidak ada komentar:

Posting Komentar