Senin, 26 Januari 2015

Antara Ilmu dan Iman


Kita bisa dan layak membahas atau berdebat soal ilmu sampai berbusa, karena pembuktian kebenaran soal ilmu bisa dilakukan. Kalau soal keimanan, jurinya cuma Allah. Pembuktian kebenaran soal keimanan ataupun yang diimani, sampai apapun sulit dilakukan.
Begitu pula dalam keseharian, yang berilmu belum tentu beriman. It’s ok, karena kalau sudah tahu ilmunya terserah dia mau mengimani atau tidak. Itu adalah pilihan pribadi yang tak bisa dipaksakan.
Yang beriman tidak berilmu? Bodoh namanya kalau beriman tanpa ilmu.. Ngapain beriman sama sesuatu yang nggak jelas. Pelajari dulu agar mengetahui apa yang diimani. Kadang sering terjadi “iman buta” yang berarti hanya beriman tanpa mengerti makna dari yang diimani. Suatu kekosongan dalam iman.

Repotnya kadang penafsiran tentang suatu ilmu, tergantung pada kebutuhan pribadi atau golongan. Jadinya kadang pemaksaan akan keimanan yang berdasarkan ilmu terjadi. Dimana terjadi suatu pemahaman akan ilmu yang palsu, hingga iman menjadi bukan kebenaran tapi pembenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar