Kita
bisa dan layak membahas atau berdebat soal ilmu sampai berbusa, karena
pembuktian kebenaran soal ilmu bisa dilakukan. Kalau soal keimanan, jurinya
cuma Allah. Pembuktian kebenaran soal keimanan ataupun yang diimani, sampai apapun
sulit dilakukan.
Begitu
pula dalam keseharian, yang berilmu belum tentu beriman. It’s ok, karena kalau
sudah tahu ilmunya terserah dia mau mengimani atau tidak. Itu adalah pilihan
pribadi yang tak bisa dipaksakan.
Yang
beriman tidak berilmu? Bodoh namanya kalau beriman tanpa ilmu.. Ngapain beriman
sama sesuatu yang nggak jelas. Pelajari dulu agar mengetahui apa yang diimani.
Kadang sering terjadi “iman buta” yang berarti hanya beriman tanpa mengerti
makna dari yang diimani. Suatu kekosongan dalam iman.
Repotnya
kadang penafsiran tentang suatu ilmu, tergantung pada kebutuhan pribadi atau
golongan. Jadinya kadang pemaksaan akan keimanan yang berdasarkan ilmu terjadi.
Dimana terjadi suatu pemahaman akan ilmu yang palsu, hingga iman menjadi bukan
kebenaran tapi pembenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar