Progresivisme Pendidikan dan Relevansinya di Indonesia
Pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan masyarakat.
Proses pendidikan berada dan berkembang bersama perkembangan hidup dan
kehidupan manusia, bahkan keduanya merupakan satu kesatuan. Masalah pendidikan
tidak dapat dipecahkan keseluruhannya hanya dengan menggunakan metode ilmiah
semata, akan tetapi untuk memecahkan masalah pendidikan seseorang harus
menggunakan analisis filsafat (Jalaludin dan Idi, 1997:24).
Dari hasil pemikiran para filosuf, filsafat telah melahirkan
berbagai macam pandangan dan aliran dalam kehidupan ini. Pandangan-pandangan
filosuf tersebut ada kalanya saling menguatkan dan ada kalanya juga saling mengalahkan
atau pun bertentangan satu sama lain. Hal tersebut disebabkan oleh pendekatan
yang mereka gunakan berbeda-beda walaupun untuk objek dan masalah yang sama.
Karena perbedaan dalam pendekatan itu, maka kesimpulan dan pendapat yang
didapat juga akan berbeda. Perbedaan pandangan filsafat tersebut juga terjadi dalam
pemikiran filsafat pendidikan, sehingga muncul aliran-aliran filsafat
pendidikan.
Filsafat
pendidikan paling erat kaitannya dengan progresivisme, yang merupakan aliran
pemikiran yang menganjurkan bahwa kebenaran ditentukan oleh fungsi.
Progresivisme adalah filsafat pendidikan berfokus pada siswa dengan memberikan
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan tidak hanya untuk bertahan hidup, tetapi
juga untuk berhasil dalam kehidupaan bermasyarakat. Anak merupakan pusat
keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Pendidikan progresivisme sangat
memuliakan harkat dan martabat anak dalam pendidikan. Anak bukanlah orang
dewasa dalam bentuk kecil. Anak adalah anak, yang sangat berbeda dengan orang
dewasa. Setiap anak mempunyai individualitas sendiri, anak mempunyai alur
pemikiran sendiri, anak mempunyai keinginan sendiri serta mempunyai
harapan-harapan dan kecemasan yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan
demikian, anak harus diperlakukan berbeda dari orang dewasa.
Pendidikan dalam Tatanan Progresivisme
Latar Belakang Munculnya
Progresivisme
Pendidikan dalam aliran Progresivisme ini muncul sebagai
oposisi atas pendidikan model tradisional di Amerika Serikat, sekitar tahun
1800-an. Kebangkitan ini dipicu oleh adanya anggapan dari masyarakat terutama
para pendidik bahwa sekolah gagal untuk menjaga langkah dari zaman dengan perubahan
hidup yang terjadi dalam masyarakat Amerika itu sendiri.
Perkembangan zaman yang ditopang oleh kemajuan ilmu dan
teknologi dalam tatanan masyarakat membutuhkan kemajuan dalam pendidikan itu
pula. Untuk menjawab persoalan inilah yang menjadi dasar pemikiran dari
pendidikan model filsafat progresivisme ini. Adapun para tokoh pada tahun
1800-an yang memunculkan aliran filsafat pendidikan ini adalah Horace Mann,
Francis Parker dan G Stanley Hal. Dan pada thun 1900-an adalah John Dewey dan
William H Kilpatrick.
Para pendidik Progresivisme ini mecoba untuk mereformasi
metode pendidikan di sekolah dasar. Sebagaimana sekolah tradisional biasanya
menekankan pelajaran terhadap subjek tertentu, membaca, menulis, aritmetika,
geografi, sejarah dan tata bahasa. Guru mengajar atau mendiktekan pelajaran
tersebut kemudian pelajar menuliskannya pada buku catatan masing-masing. Murid
kemudian mempelajari inti pokok dari apa yang ada dalam buku catatan dan
kemudian diperhadapkan kepada teks buku mereka. Guru menjalankan tugasnya sepanjang
pelajaran berlangsung kecuali pada saat para murid diperintahkan untuk
menghafalkan bahan pelajaran. Dan para murid duduk pada jajaran meja tulis dan
mereka tidak boleh berbicara kecuali dengan izin dari guru.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendidikan tradisional saat itu sangat menekankan pada otoritas penuh dari guru
pengajar, menekankan metode instruksi pada buku teks, pengajaran yang pasif
melalui ingatan atas data yang dipelajari, pendidikan terisolasi dari realitas
sosial, dan hukuman badan sebagai sebuah bentuk untuk menegakkan displin.
Dari keadaan yang seperti itu, maka munculah
filsafat progresivisme sehingga pendidikan terfokus pada siswa, siswa
bukan lagi merupakan objek, melainkan sebagai subjek dalam pembelajaran
sehingga anak lebih aktif dalam proses pembelajaran serta siswa memiliki kecerdasan
kognitif, sikap, dan keterampilan yang pada akhirnya siswa dapat menjalankan kehidupan dalam masyarakat dengan
baik dan dapat bersaing dengan negara lain. Sehingga
sistem pendidikan yang ditekankan pada pendidikan progresivisme adalah displin
yang kuat dan tegas serta pemberian hukuman diupayakan untuk membangun tata
tertib proses belajar mengajar.
Progresivisme dan Pendidikan
Pendidikan Progresivisme merupakan sebuah sistem pendidikan yang
mementingkan kemerdekaan dan kebebasan anak dari tekanan pengajaran dengan sistem
hafalan, pendiktean bahan pelajaran dan otorisasi terhadap buku teks. Para pendidik
Progresivisme meyakini bahwa para murid belajar lebih baik apabila mereka
dengan sungguh-sungguh sangat perhatian atas apa yang dipelajari, yaitu materi
pelajaran yang disukai dan sebaliknya akan terjadi bahwa mereka tidak akan
belajar dengan baik apabila mereka ditekan untuk menghafal dan mengingat
berbagai macam fakta-fakta yang dianggap percuma. Anak-anak seharusnya belajar
melalui kontak langsung dengan sesuatu objek pelajaran, tempat dan orang-orang
sebagaimana dibaca atau didengarkan oleh mereka.
Dalam sistem pendidikan Progresivisme ini sekolah seharusnya
tidak hanya memiliki satu ruang kelas, melainkan juga harus memiliki ruang
kerja, ruang laboratorium, ruang studio, ruang seni, ruang masak, gedung olahraga,
perkebunan dan lain sebagainya. Dengan fasilitas ini, para pengajar Progresivisme
yakin bahwa dengan prosedural pengadaan fasilitas ini akan secara otomatis membangun
fisik, sosial, emosi alamiah mereka sebagaimana adanya. Para anak didik juga
memiliki wadah untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran mereka. Pendidik Progresivisme juga menekankan aktivitas dan
informalitas dalam kelas. Mereka meyakini bahwa anak-anak akan belajar lebih
baik ketika mereka dapat bergerak dan bekerja pada cara mereka sendiri. Dalam
pelaksanaan proses belajar, anak-anak dituntut mengumpulkan materi-materi dari
beberapa sumber, bukan hanya dari satu buku teks yang telah ditentukan saja.
Dan penyelesaian problem dilaksanakan secara berkelompok dengan murid-murid
yang lain. Artinya, bahwa diskusi, drama, musik dan aktivitas seni menjadi
prosedur kelas disamping pelajaran dan kegiatan menghafal.
Bahwa pendidikan model Progresivisme ini sangat menekankan
bahwa anak harus diajar menjadi seorang yang berdiri sendiri (independen) dan menjadi
seorang pemikir yang percaya diri. Dalam hal ini, anak diarahkan untuk belajar
dan mempelajari persoalan-persoalan yang ia anggap paling menarik, yaitu dengan
memilih sendiri pokok persoalan yang hendak dipelajari, kemudian menetapkan
definisi bagi dirinya sendiri atas persoalan yang sedang diteliti atau yang
sedang dikerjakannya. Selanjutnya ia akan mengekspresikan apa yang ia rasakan
dan yang ia yakini. Peran sang guru di sini adalah membantu dan memfasilitasi murid dalam peroses pembelajaran
serta mendisplinkan anak agar tetap
konsekuen atas apa yang telah ia pilih sebagai persoalan yang paling ia minati.
Relevansi Progresivisme Pendidikan di Indonesia
Ketika kita berbicara tentang pendidikan Indonesia, tidak
sedikit masyarakat yang mengatakan bahwa kita termasuk negara yang tertinggal
dalam hal pendidikan. Apakah itu benar?
Beberapa tahun yang lalu, di Indonesia terdapat berbagai
jenis sekolah, seperti SMEA, SPG dan STM. Sekolah-sekolah tersebut merupakan
bentuk sekolah vokasi. Namun, tidak lama kemudian terjadi penyederhanaan
sehingga hanya terdapat SMA dan SMK. Seiring berjalannya waktu, nama SMK
seolah-olah menjadi lenyap dan kurang
diminati oleh banyak masyarakat. Akibatnya, di daerah-daerah banyak berlangsung
pembangunan SMA.
Lalu bagaimana dengan sistem pendidikan
Indonesia saat ini? Apakah pemerintah sudah mampu memberikan yang terbaik untuk
rakyatnya? Pendidikan di Amerika, di negara maju tersebut terdapat kurikulum terintegrasi
(integrated curriculum), metode mengajar yag berpusat pada siswa (student
centered teaching method), pengajaran atas dasar kemampuan dan minat
individu (individualized instruction), dan sekolah alternatif. Lalu,
bagaimana dengan negara maju lainnya seperti Cina? Cina membagi pendidikannya
ke dalam empat sektor, yaitu basic education, technical and
vocational education, higher education, dan adult education. Bahkan,
pemerintahnya juga menyediakan pendidikan prasekolah yang materinya meliputi
permainan, kegiatan kelas, olahraga, aktivitas sehari-hari serta pekerjaan
fisik.
Banyak masyarakat yang mengatakan bahwa pemerintah sangat
tidak adil terhadap pendistribusian segala hal di bidang pendidikan, sebut saja
penyebaran tidak merata. Tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai
untuk menunjang berlangsungnya sistem pendidikan. Namun, terdapat juga sekolah yang
fasilitasnya sudah memadai, tetapi sekolah tersebut tidak dapat memaksimalisasikan
fungsi dari fasilitas penunjang pendidikan tersebut.
Bagaimana dengan kondisi guru di Indonesia? Beberapa tahun
ini, setiap tahun di negara kita selalu diadakan ujian nasional. Ujian nasional
dilakukan dengan tujuan dan maksud sebagai evaluasi dari hasil belajar siswa
setelah menempuh jenjang pendidikan tertentu. Apa permasalahannya? Menurut survey,
banyak oknum pendidikan yang seolah-olah menjadi contoh untuk memperburuk moral
bangsa. Hal tersebut terjadi karena banyaknya oknum pendidikan terutama guru
yang bersifat komersial. Banyak sekolah-sekolah yang menghalalkan banyak cara
(termasuk yang negatif) hanya untuk meningkatkan grade sekolahnya. Namun, pada
kenyataannya hanya sedikit siswa ataupun sekolah yang benar-benar melaksanakan
ujian nasional dengan cara yang sehat dan jujur.
Di dunia perkuliahan pun, banyak mahasiswa yang berpendapat
bahwa mereka menginginkan pendidikan yang terfokus. Kami belajar untuk hidup,
untuk masa depan, bukan hanya untuk saat ini. Kami semua para pelajar dan
mahasiswa membutuhkan seorang pendidik, bukan pengajar. Karena kenyataannya
yang ada saat ini hanyalah oknum pengajar, bukan pendidik. Pendidikan
seharusnya tidak menuntut kami untuk selalu menerapkan study oriented. Sebab,
pada kenyataannya yang dibutuhkan di dunia kerja, di dunia masyarakat, di dunia nyata adalah sebuah penerapan
(praktek). Lalu bagaimana supaya belajar itu bisa menyenangkan? Semuanya akan
menyenangkan apabila kita melakukan sesuatu sesuai dengan minat yang kita
inginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar