Mengapa disebut
“Serang”? Siapakah tokoh yang terlibat dalam terbentuknya “Serang”? dan Bagaimana
ontologisnya?
Ternyata sebutan
ibu kota provinsi Banten pada saat ini, pertama kali diberi nama “Serang” oleh penduduk
sekitar yang terinspirasi dari seorang
penyebar agama islam yang bernama Sultan Syarif Hidayatullah atas inisiatif
penduduk setempat. “Serang” itu sendiri bermakna “sawah”. Saat Sultan Syarif
Hidayatullah meneruskan perjalanan dalam menyiarkan agama Islam,
kemudian beliau tiba di satu daerah persawahan di Banten, kemudian ia menatap
kagum hamparan padi yang menguning di daerah tersebut sambil berseru “Serang!”.
Untuk lebih lengkapnya,
bacalah ontologis berikut:
Raden
Walangsungsang dan Putri Rarasantang adalah putra putri Prabu Siliwangi, Raja
Kerajaan Pajajaran. Prabu Siliwangi beragama Buddha. la kembali ke agama
lamanya itu setelah istrinya, Nyi Mas Subanglarang (ibunda Walangsungsang dan
Rarasantang) wafat.
Suatu ketika, Walangsungsang dan
Rarasantang pergi menemui Syekh Idlofi di Cirebon untuk belajar agama Islam,
tanpa seizin sang ayah. Mereka belajar agama Islam dengan tekun. Setelah
beberapa lama, Syekh Idlofi menyuruh Walang sungsang membuka hutan di selatan
Gunung Jati untuk dijadikan sebuah pedukuhan. Walangsungsang pun melaksanakan
perintah itu. Pedukuhan itu kemudian diberi nama Tegal Alang-alang dan
Walangsungsang dijadikan sebagai pemimpin pedukuhan itu dengan gelar Pangeran
Cakrabuana.
Pada suatu hari Syekh Idlofi
memerintahkan Pangeran Cakrabuana dan Rarasantang untuk menunaikan ibadah haji
ke Mekah. Pangeran Cakrabuana dan Rarasantang pun berangkat. Di tanah suci
Mekah, mereka tak hanya berhaji, tetapi juga memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama Islam.
Rarasantang kemudian menikah dengan
Sultan Syarif Abdullah, Raja Mesir yang seorang duda. Sultan Syarif Abdullah
mengganti nama Rarasantang menjadi Syarifah Mudaim. Mereka pun dikaruniai dua
orang putra, yakni Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Sementara itu,
setelah tiga tahun tinggal di Mesir, Pangeran Cakrabuana kembali ke Cirebon.
Setiba di Cirebon, dibangunnya sebuah negeri dengan nama Caruban Larang.
Di Mesir, Syarif Hidayatullah dan
Syarif Nurullah belajar Islam dengan rajin dan tekun. Pada saat Syarif
Hidayatullah berusia dua puluh tahun, ayahnya wafat. Sebagai anak yang paling
tua, ia ditunjuk untuk menggantikan sang ayah sebagai Raja Mesir. Namun, Syarif
Hidayatullah menolak. Diserahkannya takhta pada sang adik. Beberapa bulan
kemudian, Syarif Hidayatullah dan sang ibu kembali ke Cirebon.
Dalam perjalanan ke Cirebon itu,
Syarif Hidayatullah dan ibunya singgah di Mekah, Gujarat, serta Pasai. Tahun
1475 mereka pun tiba di Cirebon. Pangeran Cakrabuana menyambutnya dengan sangat
sukacita. Ketika itu Syekh Idlofi sudah wafat. Syarif Hidayatullah ‘pun
meneruskan jejak Syekh Idlofi mengajarkan agama Islam.
Pangeran Cakrabuana kemudian
menikahkan Syarif Hidayatullah dengan putrinya, Pakungwati, dan mengangkatnya
sebagai penguasa baru Caruban Larang. Syarif Hidayatullah kemudian pergi ke
Pajajaran untuk menemui kakeknya, Prabu Siliwangi.
Prabu Siliwangi menyambut Syarif
Hidayatullah dengan penuh kasih dan sukacita. Ketika Syarif Hidayatullah
mengajaknya masuk Islam, Prabu Siliwangi menolak. Namun, ia tidak menghalangi
Syarif Hidayatullah menyebarkan agama Islam di wilayah Padjajaran. Syarif
Hidayatullah kemudian meneruskan perjalanan. la tiba di satu daerah persawahan
di Banten.
“Serang!” seru Syarif Hidayatullah,
sambil menatap kagum hamparan padi menguning di depannya. Ketika itu penduduk
Banten sudah mengenal agama Islam dari para pedagang Arab dan Gujarat yang
berlabuh di pelabuhan Banten. Adipati Banten menyambut baik kedatangan Syarif
Hidayatullah. la juga tidak menghalangi Syarif Hidayatullah menyebarkan agama
Islam di daerah kekuasaannya. la bahkan menikahkan Syarif Hidayatullah dengan
putrinya, Ratu Kawunganten. Mereka kemudian dikaruniai dua orang anak, Ratu
Winaon dan Pangeran Sabakingking. Pangeran Sabakingking kemudian dikenal
sebagai Maulana Hasanuddin, Sultan Banten I. Daerah persawahan tempat Syarif
Hidayatullah pertama kali menginjakkan kaki di Banten, kemudian dikenal dengan
nama Serang (artinya ‘sawah’), sampai sekarang:
Kota Serang kini merupakan ibu kota Provinsi Banten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar