Mengapa Gunung Santri menjadi Salah Satu Objek Wisata
Religius Di Kabupaten Serang? Ada Makam Siapa Disana?
Gunung
santri merupakan salah satu bukit yang ada di Desa Bojonegara, Kecamatan
Bojonegara, Kabupaten Serang. Gunung Santri ini merupakan salah satu tempat
penzirahan yang sering dikunjungi oleh masyarakat Banten atau pun luar Banten.
Hal ini disebabkan karena di puncak gunung santri tersebut terdapat makan
seorang wali yaitu Syekh Muhammad Sholeh. Gunung Santri ini pun memiliki kisah
sejarah yang sangat mengesankan.
Dan beginilah kisahnya.
Syekh
Muhammad Sholeh adalah Santri dari Sunan Ampel, setelah menimba ilmu beliau
menemui Sultan Syarif Hidayatullah atau lebih di kenal dengan gelar Sunan
Gunung Jati (ayahanda dari Sultan Hasanudin) pada masa itu penguasa Cirebon.
Dan Syeh Muhamad Sholeh diperintahkan oleh Sultan Syarif Hidayatullah untuk
mencari putranya yang sudah lama tidak ke Cirebon dan sambil berdakwah yang
kala itu Banten masih beragama hindu dan masih dibawah kekuasaan kerajaan
pajajaran yang dipimpin oleh Prabu Pucuk Umun dengan pusat pemerintahanya
berada di Banten Girang.
Sesuai
ketelatennya akhirnya Syekh Muhammad Sholeh pun bertemu Sultan Hasanudin di
Gunung Lempuyang dekat kampung Merapit Desa Ukir Sari Kec. Bojonegara yang
terletak di sebelah barat pusat kecamatan yang sedang Bermunajat kepada Allah
SWT. Setelah memaparkan maksud dan tujuannya, Sultan Hasanudin pun menolak
untuk kembali ke Cirebon.
Karena
kedekatannya dengan ayahnya Sultan Hasanudin yaitu Syarif Hidayatullah,
akhirnya Sultan Hasanudin pun mengangkat Syekh Muhammad Sholeh untuk menjadi
pengawal sekaligus penasehat dengan julukan “Cili Kored” karena berhasil dengan
pertanian dengan mengelola sawah untuk hidup sehari-hari dengan julukan sawah
si derup yang berada di blok Beji.
Syiar
agam Islam yang dilakukan Sultan Hasanudin mendapat tantangan dari Prabu Pucuk
Umun, karena berhasil menyebarkan agama Islam di Banten sampai bagian Selatan
Gunung Pulosari (Gunung Karang) dan Pulau Panaitan Ujung Kulon. Keberhasilan
ini mengusik Prabu Pucuk Umun karena semakin kehilangan pengaruh, dan menantang
Sultan Hasanudin untuk bertarung dengan cara mengadu ayam jago dan sebagai
taruhannya akan dipotong lehernya, tantangan Prabu Pucuk umun diterima oleh
sultan Hasanudin.
Setelah
Sultan Hasanudin bermusyawarah dengan pengawalnya Syekh Muhamad Soleh, akhirnya
disepakati yang akan bertarung melawan Prabu Pucuk Umun adalah Syekh Muhamad
Sholeh yang bisa menyerupai bentuk ayam jago seperti halnya ayam jago biasa.
Hal ini terjadi karena kekuasaan Allah SWT.
Pertarungan
dua ayam jago tersebut berlangsung seru namun akhirnya ayam jago milik Sultan
Maulana Hasanudin yang memenangkan pertarungan dan membawa ayam jago tersebut
kerumahnya.
Ayam
jago tersebut berubah menjadi sosok Syekh Muhammad Sholeh sekembalinya di rumah
Sultan Maulana Hasanudin. Akibat kekalahan adu ayam jago tersebut Prabu Pucuk
Umun pun tidak terima dan mengajak berperang Sultan Maulana Hasanudin, mungkin
sedang naas pasukan Prabu Pucuk Umun pun kalah dalam perperangan dan mundur ke
selatan bersembunyi di pedalaman rangkas yang sekarang dikenal dengan suku
Baduy.
Setelah
selesai mengemban tugas dari Sultan Maulana Hasanudin, Syekh Muhammad Sholeh
pun kembali ke kediamannya di Gunung santri dan melanjutkan aktifitasnya
sebagai mubaligh dan menyiarkan agama Islam kembali. Keberhasilan Syekh
Muhammad Sholeh dalam menyebarkan agama Islam di pantai utara banten ini
didasari dengan rasa keihlasan dan kejujuran dalam menanamkan tauhid kepada
santrinya, semua itu patut di teladani oleh kita semua oleh generasi penerus
untuk menegakkan amal ma’ruf nahi munkar.
Beliau
Wafat pada usia 76 Tahun dan beliau berpesan kepada santrinya jika ia wafat
untuk dimakamkan di Gunung Santri dan di dekat makan beliau terdapat pengawal
sekaligus santri syekh Muhammad Sholeh yaitu makam Malik, Isroil, Ali dan Akbar
yang setia menemani syekh dalam meyiarkan agama Islam. Syekh Muhammad Sholeh
wafat pada tahun 1550 Hijriah/958 M.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar