Rabu, 10 Desember 2014

Filsafat Pendidikan Progresivisme (MAT 3B-34 (Rindi Ifayati))

Filsafat Pendidikan Progresivisme
Pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan masyarakat. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya merupakan satu kesatuan. Masalah pendidikan tidak dapat dipecahkan keseluruhannya hanya dengan menggunakan metode ilmiah semata, akan tetapi untuk memecahkan masalah pendidikan seseorang harus menggunakan analisis filsafat (Jalaludin dan Idi, 1997:24).
Dari hasil pemikiran para filosuf, filsafat telah melahirkan berbagai macam pandangan dan aliran dalam kehidupan ini. Pandangan-pandangan filosuf tersebut ada kalanya saling menguatkan dan ada kalanya juga saling mengalahkan atau pun bertentangan. Hal tersebut disebabkan oleh pendekatan yang mereka gunakan berbeda-beda walaupun untuk objek dan masalah yang sama. Karena perbedaan dalam pendekatan itu, maka kesimpulan dan pendapat yang didapat juga akan berbeda. Perbedaan pandangan filsafat tersebut juga terjadi dalam pemikiran filsafat pendidikan, sehingga muncul aliran-aliran filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan paling erat kaitannya dengan progresivisme, yang merupakan aliran pemikiran yang menganjurkan bahwa kebenaran ditentukan oleh fungsi. Progresivisme adalah filsafat pendidikan berfokus pada siswa dengan memberikan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan tidak hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk berhasil dalam kehidupaan bermasyarakat. Anak merupakan pusat keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Pendidikan progresivisme sangat memuliakan harkat dan martabat anak dalam pendidikan. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil. Anak adalah anak, yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Setiap anak mempunyai individualitas sendiri, anak mempunyai alur pemikiran sendiri, anak mempunyai keinginan sendiri serta mempunyai harapan-harapan dan kecemasan yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian, anak harus diperlakukan berbeda dari orang dewasa.

Latar Belakang Munculnya Progresivisme
Pendidikan dalam aliran Progressivisme ini muncul sebagai oposisi atas pendidikan model tradisional di Amerika Serikat, sekitar tahun 1800-an. Kebangkitan ini dipicu oleh adanya anggapan dari masyarakat terutama para pendidik bahwa sekolah gagal untuk menjaga langkah dari zaman dengan perubahan hidup yang terjadi dalam masyarakat Amerika itu sendiri.
Perkembangan zaman yang ditopang oleh kemajuan ilmu dan teknologi dalam tatanan masyarakat membutuhkan kemajuan dalam pendidikan itu pula. Untuk menjawab persoalan inilah yang menjadi dasar pemikiran dari pendidikan model filsafat progressivisme ini. Adapun para tokoh pada tahun 1800-an yang memunculkan aliran filsafat pendidikan ini adalah Horace Mann, Francis Parker dan G Stanley Hal. Dan pada thun 1900-an adalah John Dewey dan William H Kilpatrick.
Para pendidik Progressivisme ini mecoba untuk mereformasi metode pendidikan di sekolah dasar. Sebagaimana sekolah tradisional biasanya menekankan pelajaran terhadap subjek tertentu, membaca, menulis, aritmetika, geografi, sejarah dan tata bahasa. Guru mengajar atau mendiktekan pelajaran tersebut kemudian pelajar menuliskannya pada buku catatan masing-masing. Murid kemudian mempelajari inti pokok dari apa yang ada dalam buku catatan dan kemudian diperhadapkan kepada teks buku mereka. Guru menjalankan tugasnya sepanjang pelajaran berlangsung kecuali pada saat para murid diperintahkan untuk menghafalkan bahan pelajaran. Dan para murid duduk pada jajaran meja tulis dan mereka tidak boleh berbicara kecuali dengan izin dari guru.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan tradisional saat itu sangat menekankan pada otoritas penuh dari guru pengajar, menekankan metode instruksi pada buku teks, pengajaran yang pasif melalui ingatan atas data yang dipelajari, pendidikan terisolasi dari realitas sosial, dan hukuman badan sebagai sebuah bentuk untuk menegakkan displin.
Dari keadaan yang seperti itu, maka munculah filsafat progresivisme sehingga pendidikan terfokus pada siswa, siswa bukan lagi merupakan objek, melainkan sebagai subjek dalam pembelajaran sehingga anak lebih aktif dalam proses pembelajaran serta siswa memiliki kecerdasan kognitif, sikap, dan keterampilan yang pada akhirnya siswa dapat  menjalankan kehidupan dalam masyarakat dengan baik dan dapat bersaing dengan negara lain. Sehingga sistem pendidikan yang ditekankan pada pendidikan progresivisme adalah displin yang kuat dan tegas serta pemberian hukuman diupayakan untuk membangun tata tertib proses belajar mengajar.

Progresivisme dan Pendidikan
Pendidikan Progressivisme merupakan sebuah sistem pendidikan yang mementingkan kemerdekaan dan kebebasan anak dari tekanan pengajaran dengan sistem hafalan, pendiktean bahan pelajaran dan otorisasi terhadap buku teks. Para pendidik Progressivisme meyakini bahwa para murid belajar lebih baik apabila mereka dengan sungguh-sungguh sangat perhatian atas apa yang dipelajari, yaitu materi pelajaran yang disukai dan sebaliknya akan terjadi bahwa mereka tidak akan belajar dengan baik apabila mereka ditekan untuk menghafal dan mengingat berbagai macam fakta-fakta yang dianggap percuma. Anak-anak seharusnya belajar melalui kontak langsung dengan sesuatu objek pelajaran, tempat dan orang-orang sebagaimana dibaca atau didengarkan oleh mereka.
Dalam sistem pendidikan Progressivisme ini sekolah seharusnya tidak hanya memiliki satu ruang kelas, melainkan juga harus memiliki ruang kerja, ruang laboratorium, ruang studio, ruang seni, ruang masak, gedung olahraga, perkebunan dan lain sebagainya. Dengan fasilitas ini, para pengajar Progressivisme yakin bahwa dengan prosedural pengadaan fasilitas ini akan secara otomatis membangun fisik, sosial, emosi alamiah mereka sebagaimana adanya. Para anak didik juga memiliki wadah untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran mereka. Pendidik Progressivisme juga menekankan aktivitas dan informalitas dalam kelas. Mereka meyakini bahwa anak-anak akan belajar lebih baik ketika mereka dapat bergerak dan bekerja pada cara mereka sendiri. Dalam pelaksanaan proses belajar, anak-anak dituntut mengumpulkan materi-materi dari beberapa sumber, bukan hanya dari satu buku teks yang telah ditentukan saja. Dan penyelesaian problem dilaksanakan secara berkelompok dengan murid-murid yang lain. Artinya, bahwa diskusi, drama, musik dan aktivitas seni menjadi prosedur kelas disamping pelajaran dan kegiatan menghafal.
Bahwa pendidikan model Progressivisme ini sangat menekankan bahwa anak harus diajar menjadi seorang yang berdiri sendiri (independen) dan menjadi seorang pemikir yang percaya diri. Dalam hal ini, anak diarahkan untuk belajar dan mempelajari persoalan-persoalan yang ia anggap paling menarik, yaitu dengan memilih sendiri pokok persoalan yang hendak dipelajari, kemudian menetapkan definisi bagi dirinya sendiri atas persoalan yang sedang diteliti atau yang sedang dikerjakannya. Selanjutnya ia akan mengekspresikan apa yang ia rasakan dan yang ia yakini. Peran sang guru di sini adalah membantu  dan memfasilitasi murid dalam peroses pembelajaran serta mendisplinkan  anak agar tetap konsekuen atas apa yang telah ia pilih sebagai persoalan yang paling ia minati.

Relevansi Progresivisme Pendidikan di Indonesia
Ketika kita berbicara tentang pendidikan Indonesia, tidak sedikit masyarakat yang mengatakan bahwa kita termasuk negara yang tertinggal dalam hal pendidikan. Apakah itu benar?
Beberapa tahun yang lalu, di Indonesia terdapat berbagai jenis sekolah, seperti SMEA, SPG dan STM. Sekolah-sekolah tersebut merupakan bentuk sekolah vokasi. Namun, tidak lama kemudian terjadi penyederhanaan sehingga hanya terdapat SMA dan SMK. Seiring berjalannya waktu, nama SMK seolah-olah menjadi  lenyap dan kurang diminati oleh banyak masyarakat. Akibatnya, di daerah-daerah banyak berlangsung pembangunan SMA.
Lalu bagaimana dengan sistem pendidikan Indonesia saat ini? Apakah pemerintah sudah mampu memberikan yang terbaik untuk rakyatnya? Pendidikan di Amerika, di negara maju tersebut terdapat kurikulum terintegrasi (integrated curriculum), metode mengajar yag berpusat pada siswa (student centered teaching method), pengajaran atas dasar kemampuan dan minat individu (individualized instruction), dan sekolah alternatif. Lalu, bagaimana dengan negara maju lainnya seperti Cina? Cina membagi pendidikannya ke dalam empat sektor, yaitu basic educationtechnical and vocational education, higher education, dan adult education. Bahkan, pemerintahnya juga menyediakan pendidikan prasekolah yang materinya meliputi permainan, kegiatan kelas, olahraga, aktivitas sehari-hari serta pekerjaan fisik.
Banyak masyarakat yang mengatakan bahwa pemerintah sangat tidak adil terhadap pendistribusian segala hal di bidang pendidikan, sebut saja penyebaran tidak merata. Tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai untuk menunjang berlangsungnya sistem pendidikan. Namun, terdapat juga sekolah yang fasilitasnya sudah memadai, tetapi sekolah tersebut tidak dapat memaksimalisasikan fungsi dari fasilitas penunjang pendidikan tersebut. Bagaimana dengan kondisi guru di Indonesia? Beberapa tahun ini, setiap tahun di negara kita selalu diadakan ujian nasional. Ujian nasional dilakukan dengan tujuan dan maksud sebagai evaluasi dari hasil belajar siswa setelah menempuh jenjang pendidikan tertentu. Apa permasalahannya? Menurut survey, banyak oknum pendidikan yang seolah-olah menjadi contoh untuk memperburuk moral bangsa. Hal tersebut terjadi karena banyaknya oknum pendidikan terutama guru yang bersifat komersial. Banyak sekolah-sekolah yang menghalalkan banyak cara (termasuk yang negatif) hanya untuk meningkatkan grade sekolahnya. Namun, pada kenyataannya hanya sedikit siswa ataupun sekolah yang benar-benar melaksanakan ujian nasional dengan cara yang sehat dan jujur.
Di dunia perkuliahan pun, banyak mahasiswa yang berpendapat bahwa mereka menginginkan pendidikan yang terfokus. Kami belajar untuk hidup, untuk masa depan, bukan hanya untuk saat ini. Kami semua para pelajar dan mahasiswa membutuhkan seorang pendidik, bukan pengajar. Karena kenyataannya yang ada saat ini hanyalah oknum pengajar, bukan pendidik. Pendidikan seharusnya tidak menuntut kami untuk selalu menerapkan study oriented. Sebab, pada kenyataannya yang dibutuhkan di dunia kerja, di dunia masyarakat,  di dunia nyata adalah sebuah penerapan (praktek). Lalu bagaimana supaya belajar itu bisa menyenangkan? Semuanya akan menyenangkan apabila kita melakukan sesuatu sesuai dengan minat yang kita inginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar